APLIKASI
UJI TIDAK MERUSAK ATAU NON DESTRUCTIVE TESTING (NDT) PADA PEMELIHARAAN
PEMBANGKIT LISTRIK
Sistem
tenaga listrik adalah system penyediaan energy listrik yang mencakup beberapa
pembangkit atau pusat listrik yang terhubung satu dengan lainnya oleh jaringan
transmisi dengan satu atau lebih pusat beban atau jaringan transmisi.
Berdasarkan fungsinya maka system tenaga listrik dapat dibagi menjadi 3
sub-sistem, yaitu sub-sistem pembangkitan, sub-sistem penyaluran atau
transmisi, dan sub-sistem distribusi.
Sub-sistem
pembangkitan terdiri dari berbagai pembangkit listrik yang beroperasi secara
bersama untuk menghasilkan tenaga listrik yang selanjutnya disalurkan lewat
jaringan transmisi kepada konsumen pada sub-sistem distribusi atau pusat beban
lainnya. Agar pembangkit-pembangkit tersebut dapat menjalankan tugasnya sebagai
penyedia energy listrik, maka perlu
dipelihara dengan baik sehingga selalu dalam kondisi siap operasi secara
efisien.
Pemeliharaan Pembangkit Listrik
Berdasarkan sifatnya, pemeliharaan pada pembangkit listrik dapat
dibagi atas tiga katagori sebagai berikut :
1.
Pemeliharaan saat rusak (breakdown
maintenance).
2.
Pemeliharaan periodik (time based
maintenance).
3.
Pemeliharaan berdasarkan kondisi
(condition based maintenance).
Pemeliharaan saat rusak
Pemeliharaan
jenis ini dilakukan sesudah mesin pembangkit rusak. Artinya mesin tersebut
dioperasikan secara terus menerus sampai rusak dan tidak dapat beroperasi,
barulah dilakukan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan. Metode pemeliharaan
ini merupakan metode pemeliharaan yang paling kuno dan seharusnya dihindarkan.
Karena jika suatu mesin baru diperbaiki atau dipelihara pada saat rusak
(breakdown), maka proses perbaikan akan lebih berat dan mahal. Metode
pemeliharaan seperti ini juga akan mempersulit proses perencanaan anggaran,
tenaga kerja serta suku cadang, sehingga akan mengakibatkan keterlambatan dalam
pelaksanaannya sehingga masa pembangkit tidak beroperasi akan lebih lama.
Pemeliharaan periodik
Untuk
mengatasi terjadinya kerusakan fatal yang menyebabkan mesin rusak dan tidak dapat beroperasi, maka dikembangkan
metode pemeliharaan secara periodic. Pada metode pemeliharaan ini, dilakukan
pemeliharaan telah direncanakan berdasarkan waktu. Dengan metode pemeliharaan berdasarkan
waktu ini maka penyiapan anggaran,
tenaga kerja, serta suku cadang dapat dilakukan secara terencana
sehingga lebih efektif dan efisien.
Metode
pemeliharaan secara periodic ini pada dasarnya dilakukan secara terus menerus.
Baik secara harian, bulanan atau tahunan. Dapat juga berdasarkan waktu operasi
mesin, misalnya 24 jam, 100 jam, 500 jam 1000 jam dan seterusnya. Berdasarkan pengalaman operasi mesin, maka
disusun schedule pemeliharaan berbagai komponen pembangkit, komponen apa saja
yang harus dipelihara secara harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Cara atau
metoda pemeliharaan dan sebagainya.
Pemeliharaan berdasarkan kondisi
Pemeliharaan
berdasarkan kondisi adalah merupakan pengembangan dari metoda pemeliharaan
periodic atau berdasarkan waktu. Hal tersebut disebabkan pada metode
pemeliharaan berdasarkan waktu ,khususnya untuk pemeliharaan berupa overhaul
atau semi overhaul, terdapat peluang untuk efisiensi biaya sebagai berikut :
-
Pelaksanaan pekerjaan overhaul
merupakan pekerjaan yang besar, lama dan memerlukan biaya dan jam kerja yang
besar.
-
Pada pekerjaan overhaul mesin
pembangkit tidak dioperasikan sehingga tidak dapat menghasilkan tenaga listrik
selama masa overhaul.
-
Jika kondisi mesin masih baik dan
pelaksanaan overhaul dapat ditunda, maka
akan diperoleh penghematan biaya tools, tenaga kerja dan suku cadang. Disamping
itu pembangkit tetap dapat beroperasi menghasilkan tenaga listrik.
Dengan
adanya keuntungan di atas, maka dikembangkan pemeliharaan pembangkit
berdasarkan kondisi. Pada pemeliharaan jenis ini mesin dioperasikan sampai
mendekati titik kegagalannya (failure). Namun agar tidak terjadi failure yang
akan menyebabkan breakdown, harus dilakukan pemantauan kondisi mesin secara
ketat, khususnya pada peralatan-peralatan yang kritis atau dapat membahayakan.
Jenis-Jenis Uji tidak merusak
Dalam
pemeliharaan pembangkit listrik, khususnya pada pemeliharaan berdasarkan
kondisi, diperlukan berbagai pengujian baik yang bersifat tidak merusak
(non-destructive test) maupun uji
merusak (destruktive test). Pada metode uji tidak merusak, benda kerja
atau komponen mesin tidak dirusak, baik dengan dipanasi ataupun dirusak secara
mekanik. Juga tidak mengubah sifat atau strukturnya. Sedangkan pada uji merusak
dilakukan langkah-langkah seperti menarik, tekan, puntir ataupun pemanasan yang
akan merubah bentuk dan struktur komponen.
Pelaksanaan
uji tidak merusak bertujuan untuk mengetahui apakah suatu material atau
komponen mesin masih layak dipakai atau perlu diganti, atau dapat
diperbaiki. Jenis-jenis uji tidak
merusak antara lain mencakup pengamatan visual, cairan penetran, ultrasonic,
magnetic particle, radiography, noise dan getaran, serta uji kebocoran.
a.
Pengamatan
visual
Pada awal
pemeriksaan dilakukan secara visual untuk mengetahui kondisi peralatan atau
komponen mesin. Selain pengamatan dengan mata telanjang, pengamatan visual juga
dilakukan dengan peralatan seperti kaca pembesar, boroscope, dental mirror
(cermin bertangkai seperti yang dipakai dokter gigi), gage dan scale. Dengan
pengamatan visual dapat dilihat cacat atau kerusakan pada komponen mesin,
seperti undercut, open porocity atau open crack pada poros engkol.
b.
Cairan
penetran
Cairan
penetran dipergunakan untuk menemukan cacat permukaan yang tidak dapat dilihat
secara visual. Untuk dapat memanfaatkan metode ini maka dipersyaratkan
permukaan material yang benar-benar bersih sehingga dapat dibedakan antara
terdapatnya porocity atau hanya permukaan yang kasar.
c.
Uji
Ultrasonik
Metode ini
memanfaatkan gelombang ultrasonic untuk mendeteksi jenis-jenis cacat yang
terdapat di bawah permukaan, seperti : crack, laminasi, shrinkage cavity,
flakes dan bonding faults. Uji ultrasonic memiliki tingkat akurasi dan
sensitivitas yang tinggi.
d.
Magnetic
Particle
Metode
magnetic particle dipergunakan untuk mendeteksi cacat yang berada pada
permukaan atau dekat dengan permukaan. Keunggulan metode ini adalah dapat
memeriksa crack yang terhalang oleh slag atau tertutup carbon. Sedangkan
keterbatasan metode ini adalah hanya dapat dipergunakan pada material yang
bersifat ferrous.
e.
Radiografi
Metode
ini merupakan metode yang paling sering digunakan karena dapat mendeteksi
hampir semua jenis cacat las. Selain cepat, metode ini juga mempunyai
keunggulan berupa hasil yang dapat disimpan, yaitu dalam bentuk film.
f.
Noise
dan getaran
Pengukuran
getaran biasanya dilakukan dengan member impuls sinyal dari peralatan
elektronik, yang selanjutnya ditransmisikan ke analisator data dan computer
untuk dianalisa serta penyimpanan data.
g.
Uji
kebocoran.
Metode uji
kebocoran ini biasanya dipergunakan untuk mendeteksi hasil pengelasan. Misalnya
pada pipa atau tabung diberi air atau udara bertekanan tertentu. Jika terjadi
penurunan tekanan udara atau air, maka berarti masih terdapat kebocoran atau
cacat pengelasan.
Aplikasi pada Berbagai Pembangkit
Penggunaan
metode uji tak merusak pada pemeliharaan pembangkit listrik sangat luas. Baik
pada PLTD, PLTU, PLTG dan PLTA.
a.
Aplikasi
pada PLTD
Pembangkit
listrik tenaga diesel (PLTD) adalah jenis pembangkit yang bersifat fleksibel,
artinya pembangkit listrik jenis ini dapat dipakai pada setiap lokasi tanpa
melihat apakah pada lokasi tersebut tersedia banyak air yang mengalir (seperti
PLTA), atau tersedia bahan bakar batubara dan lokasi yang dekat dengan sungai
atau laut (PLTU). Sehingga meskipun harga bahan bakar pada PLTD sangat mahal,
namun karena tingkat fleksibilitas yang tinggi tersebut, PLTD masih memegang
peranan yang penting dalam penyediaan energy listrik di Indonesia.
Pemeliharaan
periodic pada PLTD (di luar pemeliharaan harian, mingguan dan bulanan) secara
umum dibedakan atas Top Overhaul atau TO (6.000 jam operasi), Semi Overhaul
atau SO (12.000 jam operasi, dan Major Overhaul atau MO (18.000 jam
operasi).Komponen utama pada PLTD yang jika mengalami kerusakan akan
menyebabkan PLTD berhenti beroperasi selama waktu yang relative lama adalah
jika terjadi kerusakan komponen shaft atau bearingnya. Dengan demikian pada
saat overhaul atau saat terjadi kerusakan dilakukan pengecekan atau investigasi
pada shaft dan bearing tersebut.
Pengecekan
kondisi crankshaft PLTD biasanya
meliputi hardness, crack, ovality dan diameter. Untuk itu dipakai peralatan
seperti cairan penetran dan lampu ultraviolet, crack depth micro gauge,
microhardness tester, micrometer (inside dan outside). Dengan peralatan tersebut
akan dapat diketahui kondisi visual cacat, tingkat kekerasan suatu segment
poros dibandingkan standar, adanya cacat cowak atau retak serta kedalamannya,
diameter poros actual serta ovalitynya.
Dengan
data yang diperoleh dari pengukuran tersebut dapat diketahui langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk perbaikan crankshaft tersebut, apakah harus
dilakukan undersize pada bearing dan ukuran undersize nya, juga tebal grinding
yang perlu dilakukan.
b.
Aplikasi pada PLTU
Pemeliharaan
periodik atau berkala pada PLTU secara umum dapat dibedakan atas Simple
Inspection atau Si (8.000 jam pertama operasi), Mean Inspection atau Me (8.000
jam kedua operasi) dan Serious Inspection atau Se (8.000 jam operasi ketiga).
Pada suatu
PLTU komponen utama yang menentukan kelangsungan operasi pemmbangkit listrik
adalah boiler. Boiler merupakan alat untuk mendidihkan air dan mengubahnya
menjadi uap yang akan menggerakkan turbin uap. Pada saat ini hamper seluruh
boiler yang dipakai pada pembangkit listrik merupakan boiler jenis pipa air,
dimana air mengalir di dalam pipa miring dan gas produk pembakaran mengalir di
sisi luar pipa-pipa tersebut. Pipa-pipa
air pada boiler tersebut merupakan komponen terpenting dari boiler, karena jika
terjadi kebocoran pada pipa tersebut, maka air akan ke luar dan langsung
bercampur gas panas produk pembakaran. Dengan demikian pada saat dilakukan
overhaul atau saat PLTU tidak beroperasi, baik secara terjadual atau akibat
gangguan, maka dilakukan inspeksi atau pengujian pada pipa-pipa boiler
tersebut. Dalam pengujian tersebut diterapkan metode uji tak rusak dengan cara
pengamatan visual, cairan penetran, magnetic particle, uji ultrasonic atau
radipographic dan uji tekanan.
Melalui
pengamatan secara visual akan dapat diketahui data kondisi pipa berupa
kerapihan logam las, cacat las yang tampak, undercut, retak dan porocity.
Dengan memakai cairan penetran dan magnetic particle akan diperoleh indikasi
cacat atau retakan pada berbagai sambungan las. Sedangkan dengan melaksanakan
uji ultrasonic atau radiography akan dapat ditentukan ketebalan dinding pipa
boiler. Ketebalan dinding pipa sangat diperlukan karena menentukan sisa umur
boiler.
Pada
material pipa boiler juga sering dilakukan uji replica atau disebuit juga uji
metalografi in-situ yang secara cepat dapat melihat kondisi struktur mikro pipa
boiler sehingga dapat memprediksi sisa umur dan kondisi boiler. Namun untuk
mengetahui secara rinci maka biasanya dilengkapi dengan pengujian merusak
terhadap sampel pipa boiler di laboratorium berupa uji tarik, uji kekerasan,
uji creep, uji komposisi material dan uji metalografi.
c.
Aplikasi pada PLTG
Komponen
utama yang kritikal pada suatu Pusat Loistrik Tenaga Gas adalah pada turbin
gas, yang mencakup stator blade, turbine blade dan bearing. Pengujian awal
dilakukan secara visual dan menggunakan cairan penetran, dimana akan diperoleh
indikasi apakah pada komponen tersebut terdapat indikasi cacat retak, cacat
cekungan atau cowak.
Selanjutnya
untuk stator blade dan turbin blade juga biasa dilakukan insitu metalografi
(replica test) untuk memperoleh morfologi microstructur material komponen
tersebut. Secara terbatas juga dilakukan
uji kekerasan (dengan microhardness tester) untuk melihat apakah kekerasan
material masih pada kisaran normal atau terdapat indikasi perubahan mekanis
menjadi lebih getas menjadi lunak.
d.
Aplikasi pada PLTA
Pada
pembangkit Listrik Tenaga Air metode pengujian tidak merusak juga banyak
diaplikasikan. Secara umum secara periodic atau rutin dilakukan pengamatan pada
komponen-komponen pembangkit. Misalnya dilihat apakah terjadi kebocoran pada
pipa-pipa, baik pipa air pendingin, serta aliran minyak pelumas. Untuk melihat
kondisi pipa pesat apakah masih cukup tebal atau telah menipis sehingga perlu
diperbaiki atau diganti, dilakukan uji ultrasonic dan metalografi. Uji
kebocoran juga biasa dilakukan pada turbin atau pipa pesat yang telah selesai
dioverhaul untuk melihat apakah komponen tersebut memenuhi syarat untuk
beroperasi.
Untuk
mengukur debit air yang mengalir pada pipa pesat biasa dipergunakan ultrasonic
flow meter. Hal tersebut diperlukan untuk mengukur efisiensi PLTA apakah dapat
menghasilkan energy listrik sesuai dengan efisiensi yang dipersyaratkan. Pada
PLTA secara rutin juga dilakukan pengukuran vibrasi putaran turbin dan
generator sehingga dapat diketahui apakah masih memenuhi persyaratan vibrasi
ataukah harus dilakukan perbaikan dan adjustment pada bearing.
Kesimpulan
a.
Uji tidak merusak dipakai secara
luas dalam pemeliharaan pembangkit listrik.
b.
Dalam pemeliharaan pembangkit
listrik metode uji tidak merusak tidak merusak dipakai bersama-sama dengan
metoda uji merusak untuk melakukan assessment kondisi pembangkit listrik,
sehingga dapat memberikan rekomendasi proses perbaikan yang dapat dilakukan agar
mesin pembangkit dapat beroperasikembali. DEngan metoda ini juga dapat
diramalkan sampai berapa lama lagi pembangkit tersebut dapat dioperasikan
sebelum terjadi failure.
c. Pemeliharaan pembangkit listrik
berdasarkan kondisi memiliki keunggulan dibandingkan pemeliharaan saat rusak
atau pemeliharaan periodic, yaitu berupa dapat menentukan saat yang tepat untuk
shutdown pembangkit, biaya perbaikan ekonomis, serta mesin dapat beroperasi
menghasilkan listrik dalam waktu yang lebih lama sebelum pemeliharaan.
0 Reviews:
Posting Komentar